Senin, 01 November 2010

ALUN-ALUN KOTA MALANG

Asal mula pengertian kata taman dalam bahasa inggris garden, berasal dari bahasa Ibrani gan yang berarti melindungi atau mempertahankan, secara tidak lengsung menyatakan lahan berpagar, dan oden atau eden yang berarti kegembiran atau kesenangan. Jadi taman (garden) berarti sebidang tanah yang berpagar yang digunakan untuk kesenangan dan kegmbiraan. Tipe taman merupakan pencerminan hubungan antara manusia/alam dan dapat dilihat sebagai suatu penataan lingkungan menurut citra sebuah dunia ideal.
Suatu konsep taman untuk kegiatan bersenag-senang kemungkinan berasal dari mitologi, mengingat rancangan dan susunannya nampak berasal dari praktek dari praktek penanaman dan pengairan. Sebagian besar kepercayaan-keparcayaan di dunia melukiskan taman atau firdaus pada awal dan akhir pembentukan bumi. Pada mulanya tempat pertemuan publik dirancang untuk keperluan-keperluan tertentu, misalnya gymnasiun untuk para atlit, hutan-hutan, tempat pemakaman suci dan lain-lain. Tidak ada tempat terbuka (taman publik) yang bisa dinikmati oleh semua sebagai sarana rekreasi kecuali pada saat-saat tertentu ketika lahan ketika sebuah pertamanan milik perorangan dibuka untuk umum. Kota-kota di Eropa pada abad pertengahan berpenduduk padat. Di kota-kota tersebut tidak disediakan tempat untuk rekreasi atau ruang terbuka (taman kota) seperti saat ini. Pasar, kota, halaman gereja dan alun-alun merupakan ruang terbuka utama yang merupakan ruang terbuka utama yang merupakan tempat orang- orang berkumpul.
Pada abad 19 ruang publik mulai dikembangkan. Ada empat alasan utama diadakannya taman publik
  1. Perhatian terhadap kesehatan masyarakat
Taman kota dapat menyediakan sirkulasi udara yang bersih, menyediakan ruang untuk istirahat, olahraga, juga menyediakan pemandangan yang indah didalam kota.
  1. Perhatian terhadap moralitas
Perhatian terhadap moral dikaitkan dengan gagasan bahwa alam adalah sebuah sumber inspirasi moral. Taman menyediakan pertamanan sebagi tempat perenungan, fasilits untuk olahraga, serta penggunaan-penggunaan lain yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan moral.
  1. Alasan estetik
Kualitas sosial di kota industri dianggap buruk, dengan adanya taman ini diharapkan dapat menjadi penangkal
  1. Alasan ekonomi
Taman dapat menjadi sebuah tempat yang menciptakan peluang untuk membuka usaha, misal menyediakan tempat berjualan disekitarnya. Dari taman ini juga sangat mungkin untuk menarik modal yang tinggi.
Standart taman kota
Organisasi-organisasi yang mengukur keefektifan taman kota telah menetapkan standart-standart dari segi luas perunit penduduk. Namun standart-standart tersebut tidak pernah mencukupi meskipun standart tersebut adalah keadaan yang umum. Standart-standart tersebut berbeda-beda berdasarkan kondisi iklim di setiap daerah, semakin panas iklim menganjurkan untuk menanam lebih banyak pohon.
Dalam sistem konfensional unit-unit rekreasi dibagi berdasarkan skala dan distribusinya. Lapangan sepak bola, blok taman bermain merupakan unit terkecil, sedangkan menurut standart taman berada didaerah yang padat setidaknya berukuran 1/8 atau ¼ arce yang bisa dijangkau dengan jalan kaki dari blok perumahan tersebut. Pendapat lain menyatakan berada pada lingkungan setempat : taman raya, lapangan bermain, pusat rekreasi atau gabungan dari ketiganya, harus dapat menyediakan fasilitas didalam dan diluar ruangan untuk anak-anak berusia 5-14 tahun. Untuk anak pra sekolah dan keluarganya disediakan daerah pertamanan dengan luas minimum 2 arce. Lapangan bermain berjarak ½ mil dari rumah. Standar lainmenyatakan 1 arce taman digunakan untuk wilayah yang berpenduduk 800 orang,, tetapi taman tersebut harus mencerminkan penduduk setempat.
Komunita dirumuskan sebagai sejumlah lingkungan atau sebagian wilayah di sebagian kota. Standart-standart rekreasi komunita hendaknya memiliki fasilitas-fasilitas untuk berbagai alternatif rekreasi, misalnya lapangan besar, kolam renang, lapangan tenis, pusat kesenian dan kerajinan tangan, pusat per kumpulan dan kegiatan sosial. Luas daerah yang dianjurkan adalah 32 arce atau 20 arce terletak kurang lebih1/2 – 1 mil dari rumah penduduk. Standart lain adalah 1 arce setidaknya menampung 800 arang penduduk. Taman kota disediakan tempat yang jauh dari keramaian, tempat yang bising, hiruk pikuk lalulintas.
Alun-Alun Kota Malang
Perkembangan alun-alun
  • Keberadaan alun-alun sudah ada sejak abad 2-6 (pra hindhu). Dalam periode ini alun-alun merupakan sebidang tanah persegi empat yang dipakai untuk melakukan upacara ritual tertentu.
  • Pada abad 7-8 (masa Kerajaan Mataram I), alun-alun merupakan suatu produk arsitektur sakral tempat raja memperlihatkan dirinya kepada rakyatnya dan tempat melangsungkan acara tertentu yang diselenggarakan oleh keraton. Masa ini dipengaruhi dengan masuknya agama Hindhu-Budha.
  • Abad ke-9 sampai ke-10 merupakan masa peralihan/Singosari), dan pada masa ini alun-alun menjadi bagian yang selalu muncul pada setiap pusat kota kerajaan.
  • Perkembangan selanjutnya, pada masa Kerajaan Majapahit juga terdapat alun-alun, namun alun-alun pada Jaman Majapahit ini tidak berfungsi sebagai pusat kota/pemerintahan. Pusat kota pada Kerajaan Majapahit berupa perempatan sakral dan alun-alun menjadi salah satu bagian pada kawasan pusat kerajaan tersebut (Hermanislamet, 1999).
  • Masa Kerajaan Demak (abad ke-15 sampai ke-16), perubahan keruangan alun-alun terlihat pada munculnya bangunan masjid di sebelah barat alun-alun. Hal ini seiring dengan masuknya pengaruh agama islam.
  • Pada masa Kerajaan Mataram II, yakni pada abad ke-17 sampai ke-18, keberadaan alun-alun menjadi unsur pertahanan bagi kerajaan. Dalam periode ini, pemaknaan terhadap alun-alun sangat dikaitkan dengan unsur-unsur filosofis. Keruangan alun-alun pada periode ini dapat dilihat pada Alun-alun Jogyakarta dan Solo.
  • Perkembangan selanjutnya pada abad ke-19 (jaman Belanda), keberadaan alun-alun dimanfaatkan untuk unsur politis dan melemahkan kedudukan pemerintahan pribumi.
  • Perkembangan terakhir pada abad ke-20, alun-alun terpengaruh unsur dari barat, berkembang menjadi taman atau public space tanpa mengandung pemaknaan tertentu.



Elemen-elemen taman yang ada di alun-alun kota malang antara lain:
a. Material Landscape atau Vegetasi
Yang termasuk dalam elemen landscape antara lain : pohon, perdu, semak, tanaman penutup tanah, rumput.
Disini elemen-elemen ini disusun menjadi sebuah taman yang memiliki nilai keindahan. Taman sebagai ruang hijau yang mencerminkan keindahan alam. Sayangnya di taman ini ada beberapa tulisan yang dipasang seperti “dilarang menginjak rumput”. Ini menjadikan keterbatasan dalam menikmati alam. Atau mungkin dari tulisan tersebut menandakan bahwa warga sekitar adalah warga yang kurang menjaga etika, sehingga taman yang seharusnya menjadi tempat untuk bersenag-senag tidak bisa digunakan.
Disamping itu pohon-pohon yang berada di samping digunakan sebagai pelindung, peneduh dan mempertahankan fungsi pohon sebagai penyedia oksigen.







b. Material Pendukung atau Elemen Keras.
Kolam
Air disini berfungsi sebagai pendingin, angin yang bertiup membawa butiran air akan menambah kesejukan di daerah sekitarnya. Air mancur ditengahnya menambah keindahan taman tersebut. Namun tepi kolam ini terdapat pagar tinggi yang mengelilingi yang mengakibatkan kolam ini berkesan kaku, terlihat tidak akrab. Seharusnya kolam ini dikembalikan ke fungsi awalnya yaitu tempat bermain bagi anak-anak (semacam kolam) tanpa pagar tinggi dan air rata dengan bagian terendah dari tangga. 
Tangga disekitar kolam
Tangga tersebut berbentuk melingkar, dimana tempat tersebut bisa digunakan sebagai tempat untuk melihat pertunjukan seperti topeng monyet.
Perkerasan
perkerasan memiliki banyak fungsi. Tempat terbuka di sebelah barat taman berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak, misalnya bermain bola. Dan pada bagian tepi ada tempat untuk melihat permainan tersebut.


Batuan
Batuan yang berada di dalam taman ini memberikan kesan natural. Memperindah taman dan berusaha menyatukan taman buatan dengan alam.
Gazebo
Gazebo yang dibuat di sekitar taman ditujukan sebagai tempat istirahat dan menikmati pemandangan bagi anak usia luar sekolah dan orang-orang tua yang menemani putra-putrinya.
Jalan Setapak (Stepping Stone)
Jalan setapak dibuat senyaman mungkin agar pejalan kaki dapat menikmati keindahan sekitar dengan nyaman dan leluasa, jalan tersebut dipaving sehingga anak anak kecil ataupun orang yang sudah lanjut usia dapat berada di tempat itu juga. Jalan setapak tidak semua dibuat berundak (tangga) sehingga pejalan ataupun orang lanjut usia atau yang memiliki kekurangan (misal menggunakan kursi roda) tetap bisa melaluinya.
Dibagian tepi ada jalan semacam jalan setapak yang bisa digunakan sebagai tempat bersepeda.
Lampu Taman
Lampu taman diguknakan sebagai penerang pada malam hari. Lampu taman memiliki berbagai jenis yang bisa juga digunakan sebagai hiasan taman.
Aktivitas Warga
Pada malam minggu alun-alun ini terlihat sangat ramai, padat dengan berbagai aktivitas dari semua jenis umur, mulai dari balita, remaja, hingga orang tua. Ada juga beberapa aktivitas yang dapat diamati. Misalnya ada penjual pencari nafkah seperti pedagang kakilima, pertunjukan (topeng monyet), tukang parkir. Ada yang sekedar mencari hiburanseperti keluarga yang berekreasi, juga ada beberapa kelompok pemuda yang hanya mengisi waktu luang mereka.


 

Sedangkan pada siang hari aktifitas pada siang hari sangat berbeda dengan siang hari, keadaanya jauh lebih sepi, hanya ada beberapa penjual kakilima, dan beberapa pengunjung yang menikmati keindahan alam.


 
Daerah disekitar alun-alun
Disekitar alun-alun terdapat beberapa bangunan yang menggambarkan aktivitas warga sekitar alun-alun yang menandakan alun-alun dulunya sebagai pusat kota. Biro Travel Jayasakti, Apotek matahari, Toko Buku Gramedia, Mc Donalds, Sarinah, Ramayana, Bank Lippo, Pertokoan Ria, Toko Siswa, Malang Plasa, Toko Sepatu Remaja, Gajahmada, Mitra, Warung Bakso Presiden, Depot Mie Atom, Toko Lampu, Kantor POS, Hotel Pelangi, Masjid Jami dam Kantor Asurasi Jiwasraya.






1 komentar: